Seperti lomba lari, semua portal berita daring dan
stasiun TV berpacu menyajikan berita
terbaru. Mereka memikat pembaca dengan selalu meng-up date berita setiap menit, bahkan detik. Di stasiun TV, berita
terbaru tersaji secara ajek setiap jam. Situs berita itu pun seakan wajib untuk
memiliki rubrikasi berita terkini,
yang akan selalu diklik pembaca saban berkunjung ke situs itu. Tentu tidak saja
berita pemilu atau capres yang lagi hangat di Tanah Air, berita olahraga,
bencana, dan peristiwa lain seperti hilangnya MH 370 dan tenggelamnya kapal Sewol di Korsel tersaji
dalam 'berita terkini'.
Secara bentuk kata, ada ketidakberterimaan dari kata
'terkini'. Pasalnya, pembentukan kata itu diturunkan dari kata 'kini' yang
berkelas kata benda (nomina) lalu dilekatkan afiks ter- sehingga menjadi kata 'terkini'. Padahal, lazimnya dalam
morfologi bahasa Indonesia, afiks ter-
dilekatkan pada kata yang berkelas adjektiva (sifat) dan kata verba (kerja).
Sebut saja ada kata terbaru, terlama,
atau tercantik. Dasar bebas kata-kata
itu ialah baru, lama, dan cantik yang berkelas kata adjektiva. Turunan kata-kata itu bermakna 'paling
baru', 'paling lama', dan 'paling cantik'.
Sebaliknya,
prefiks ter- tidak pernah dilekatkan
pada kata benda atau penanda waktu selain berkelas adjektiva seperti contoh itu.
Misalnya saja, pada kata kemarin, saat,
petang, siang, malam, dan sore yang
notabene berkelas nomina (benda), tidak dapat diturunkan menjadi kata terkemarin, tersaat, terpetang, tersiang,
termalam, dan tersore. Kalaupun sering
terdengar kalimat 'Kereta tersore pukul 17.00 WIB', itu bukan termasuk
pembentukan kata atau kalimat yang tepat karena sering kali juga hanya
'tersaji' dalam ragam lisan.
Selain pada
kata berkelas adjektiva, prefiks ter-
juga dapat dilekatkan pada dasar yang berkelas verba (kerja). Misalnya saja, kita
sering menggunakan kata terjatuh, tersingkir, terkulai, dan tersisih untuk beberapa kalimat 'benda
itu terjatuh', 'caleg petahana tersingkir dari Senayan', 'mawar itu terkulai
layu', dan 'koruptor itu tersisih dari pergaualan'. Kata-kata itu diturunkan
dari dasar verba singkir, kulai, dan sisih. Lalu diimbuhkan prefiks ter- yang ternyata tidak mengubah kelas
kata.
Gejala kebahasaan
pada kata terkini disebabkan paradigmatik
yang keliru dan pakta manasuka. Pemakai bahasa mungkin saja membentuk kata terkini karena menganggap kata itu
berkelas sama dengan kata baru atau lama seperti di atas. Padahal, sekali
lagi, kata baru dan kata lama berkelas sifat, sedangkan kata kini berkelas kata benda.
Di samping
itu, pakta manasuka sering kali menjadikan pemakai bahasa 'sesuka hati'
membentuk kata. Anggapan bahwa bahasa merupakan budaya masyarakat (hipotesis
Sapir-Whorf) tidak selalu berterima. Tetap harus ada norma dan kaidah
linguistik yang distandarkan. Karena itu, bentukan kata terkini tertolak dan merupakan bentukan kata yang menyimpang dari
kaidah morfologi bahasa Indonesia. Bukankah bentuk kata menjadi hal penting,
selain makna kata itu sendiri?
Sebagai gantinya,
stasiun TV dan media daring dapat menggunakan berita terbaru atau berita
kekinian yang bermakna 'sekarang
atau keadaan kini', tanpa harus mempertahankan berita terkini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar